BREAKING NEWS
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Saturday, March 26, 2016

Rumah Tua Peninggalan Belanda di Besito Gebog Kudus, Saksi Bisu Sejarah Yang Kini Sedang Hitz

Setelah wisata alam sudah banyak di explore oleh para pehunting foto dan para pemuda kekinian, kini giliran bangunan bangunan unik dan tua yang juga menjadi hitz. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan tempat terbaik sebagai lokasi hunting foto.

Di kabupaten Kudus, ada rumah tua peninggalan Belanda yang dibangun pada masa penjajahan yang kini lagi ngehitz. Rumah tua tersebut berada di desa Besito kecamatan Gebog Kudus. Rutenya jika dari pusat kota alun alun simpang 7 Kudus ke arah barat jalan Sunan Kudus sampai perempatan Jember kemudian ke utara sampai desa Besito. Jarak dari pusat kota sekitar 7 km dengan jarak tempuh 15 menit. Saat ini, setiap harinya tempat ini ramai dikunjungi oleh para pemburu foto.

Kesan wingit dan mistis seolah tak terasa bagi para pemburu foto. Dengan kondisi rumah yang usang dan terlihat angket tak menyurutkan niat untuk berfoto di tempat ini. Ya, rumah tua ini seolah menjadi magnet tersendiri di kalangan pemuda. Jika anda belum pernah ke tempat ini, tidak ada salahnya untuk mencoba berfoto di rumah tua ini.

Kudus masih banyak sekali menyimpan peninggalan jaman penjajahan Belanda. Menandakan bahwa Kudus juga memiliki catatan panjang sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajah. Semangat dan perjuangan tersebut patut kita jadikan teladan dan contoh. Semangat tersebut dapar kita wujudkan dengan turut menjaga peninggalan sejarah tersebut dengan merawatnya dan tidak merusak ataupun coret coret di tempat bersejarah.

Wednesday, February 10, 2016

Spiritualitas Makam Keramat Masin, Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku

Makam keramat Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku terletak di dukuh Masin desa Kandangmas kecamatan Dawe kabupaten Kudus. Makam ini sering didatangi peziarah yang sengaja datang untuk mengalap berkah maupun yang sekedar berziarah. Dinamakan makam keramat karena makam ini menyimpan banyak cerita spiritual dan klenik yang beredar di masyarakat. Konon makam ini dipercaya sebagai tempat pesugihan maupun aktivitas spiritual lainnya. Lokasi makam ini berada jauh dari pusat kota Kudus, berjarak sekitar 20 km dengan jarak tempuh 45 menit. Sepanjang jalan menuju makam yang naik turun, anda akan disuguhi pemandangan yang indah dengan hawa yang sejuk karena banyaknya pepohonan, namun membawa kesan mistis ketika melintasi jalan tersebut.


Area makam Nawangsih dan Rinangku

Berbicara tentang makam ini tak lepas dari sejarah dan legenda yang diceritakan turun temurun. Raden Ayu Nawangsih merupakan putri dari Sunan Muria, dan Raden Bagus Rinangku merupakah salah satu murid Sunan Muria. Dikisahkan bahwa Sunan Muria mempunyai murid dari berbagai daerah karena kemasyhurannya, termasuk salah satunya adalah Raden Bagus Rinangku yang berasal dari daerah Pandanaran. Raden Bagus Rinangku adalah murid Sunan Muria yang memiliki wajah tampan dan kesaktian luar biasa sehingga memikat hati putri Sunan Muria yang bernama Raden Ayu Nawangsih. Keduanya saling mengagumi satu sama lain sehingga terjalin cinta di antara mereka.

Namun kedekatan Raden Bagus Rinangku dengan Raden Ayu Nawangsih rupanya membawa kebencian dan membuat iri salah seorang murid Sunan Muria yang bernama Cebolek. Diam-diam Cebolek juga jatuh hati pada Raden Ayu Nawangsih. Ia cemburu kepada Rinangku, dan dengan segala cara, ia berusaha membuat Nawangsih berpisah dari Rinangku.

Suatu hari, Sunan Muria memerintahkan Rinangku untuk menjaga padi agar tidak dimakan oleh burung-burung di suatu wilayah yang sekarang disebut Masin. Ternyata Rinangku tidak melaksanakan perintah Sunan dengan baik, bukannya menjaga padi tetapi malah berduaan dengan sang kekasih, Nawangsih. Tanpa mereka sadari, ternyata Cebolek melihat kejadian itu, Cebolek pun menghasud dan melaporkan kejadian tersebut kepada Sunan. Mendengar laporan Cebolek, Sunan marah dan segera menyusul Rinangku.


Papan Penunjuk Makam

Sesampai di sawah yang dimaksud, alangkah terkejutnya Sunan ketika melihat Rinangku tidak melaksanakan tugasnya. Melihat sang Sunan marah, Rinangku lantas minta maaf kepada Sunan dan berjanji mengembalikan padi yang telah dimakan burung. Dengan kesaktiannya, Rinangku berhasil mengembalikan padi tersebut. Betapa sunan kecewa karena Rinangku memamerkan kesaktiannya di hadapannya. Sang Sunan kemudian menakut-nakuti Rinangku dengan panah yang hendak dilepas dari busurnya. Tanpa diduga, panah Sunan terlepas dari busurnya dan mengenai tubuh Rinangku. Nawangsih yang melihat peristiwa itu kemudian menangis sejadi-jadinya dan memeluk Rinangku dari belakang dengan cepat, busur panah Sunan pun menembus tubuh Nawangsih. Keduanya kemudian meninggal di tangan Sunan Muria.

Dengan segera, Sunan Muria memerintahkan murid-muridnya untuk mengebumikan jasad Rinangku dan Nawangsih. Kejadian aneh terjadi saat para pengiring jenazah tersebut berjalan perlahan dan berdiam diri saja, lantas Sunan mengatakan jika mereka seperti pohon jati yang berdiam diri. Ucapan Sunan Muria tersebut kemudian menjadi kenyataan, dan para pengiring berubah menjadi pohon jati, sampai kini pohon jatinya masih ada dan telah berusia ratusan tahun.

Peristiwa tragis yang menimpa Rinangku dan Nawangsih dapat menjadi pelajaran untuk kita agar senantiasa menjaga amanat, melaksanakan perintah guru dengan sebaik-baiknya dan tidak sombong dengan kelebihan yang kita miliki. Sebuah pembelajaran yang sarat akan pesan moral.

Berikut adalah foto-foto jalan menuju makam Raden Ayu Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku :









Monday, February 8, 2016

Jutaan Cerita Cinta Dari Pintu Air Wilalung


Pintu air Wilalung atau biasa disebut waduk Wilalung berada di perbatasan antara desa Undaan Kudus dengan desa Wilalung Demak. Bangunan yang dibangun oleh Belanda ini berusia ratusan tahun dan masih berdiri kokoh hingga kini. Di tepi pintu air terdapat sebuah jembatan kecil yang menghubungkan antara kedua desa. Waduk ini berfungsi sebagai irigasi dan pengairan. Terdiri dari 9 buah pintu, namun hanya beberapa saja yang masih berfungsi dengan baik.

Selain berfungsi sebagai irigasi, wilayah ini juga sering digunakan oleh remaja yang ingin mengabadikan momen indah. Waduk Wilalung ini termasuk salah satu tempat foto yang ngehitz di Kudus maupun sekitarnya. Tak heran jika setiap hari tempat ini selalu didatangi muda mudi untuk sekedar berfoto maupun menikmati pemandangan. Beberapa kali waduk ini juga dijadikan sebagai lokasi foto pre wedding bagi sebagian orang.

Tak hanya sekali atau dua kali, namun ratusan bahkan jutaan muda mudi yang menyimpan cerita cinta di lokasi ini. Bangunan pintu air yang menjulang tinggi dengan perpaduan warna cat belang belang menjadikan setiap mata yang melihat terkagum dan terpesona. Ditambah tenangnya aliran air dan hiasan langit biru membuat suasana ikut mengharu biru. Tempat ini cocok untuk melepas segala kagalauan hati, kegundahan dan kerisauan, terutama pada sore hari maupun pagi hari. Apakah anda sudah ke sana??? kalau belum silahkan datang, berikut petunjuk lokasi pintu air waduk wilalung :



Thursday, February 4, 2016

Menelusuri Jejak Bangsa Lemuria, Sebuah Peradaban Yang Hilang

Tahukah anda? Pada jaman dahulu kala, antara tahun 75.000-11.000 sebelum masehi, hidup sebuah bangsa yang hidup dengan damai, sosial tinggi dan juga teknologi sudah berkembang pesat. Bangsa tersebut adalah bangsa Lemuria.

Lemuria merupakan sebuah daratan sangat luas yang membentang di samudra pasifik. Diyakini bahwa Indonesia termasuk dalam bangsa Lemuria. Sifat bangsa Lemuria yang menjunjung tinggi nilai dan norma serta pemahaman spiritual yang tinggi merupakan ciri khas bangsa Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa kepunahan bangsa Lemuria diakibatkan oleh 2 hal. Yang pertama karena adanya badai tsunami dan pencairan gletser yang mengakibatkan daratan Lemuria menghilang. Sedangkan yang kedua akibat peperangan dengan bangsa Atlantis yang sangat maju dan menguasai teknik berperang. Dikisahkan bahwa bangsa Atlantis merupakan bangsa yang berbanding terbalik dengan bangsa Lemuria. Namun, daratan atlantis selalu digambarkan dengan daratan surga yang sangat indah.

Setelah bangsa Lemuria dikalahkan oleh bangsa Atlantis, sekitar 7 abad kemudian daratan Atlantis luluh lantah diterjang oleh gletser dan tsunami. Hal ini menjadi pertanyaan dan PR bagi para peneliti untuk mengkaji lebih jauh tentang keberadaan daratan Lemuria dan daratan Atlantis. Apakah memang benar adanya bahwa benua lemuria dan atlantis yang selama ini dikisahkan berada di wilayah Indonesia, mengingat negeri ini sama persis dengan ciri-ciri bangsa tersebut. Bisa dikatakan bahwa bangsa Lemuria dan Atlantis merupakan peradaban yang sudah dahulu berkembang sebelum Mesir maupun Mesopotamia.

Bagaimana perkembangan selanjutnya setelah bangsa Lemuria dan Atlantis menghilang? Beberapa sumber menyebutkan bahwa peradaban selanjutnya digantikan oleh bangsa Drafida. Sebuah bangsa yang mulai mengenal konsep agama, dalam hal ini bangsa Drafida menganut Hinduisme.

Jika anda mendengar nama muria, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan Lemuria, namun muria memang dahulu merupakan bagian dari daratan Lemuria. Mengenai nama muria yang ada sekarang merupakan daratan pegunungan di tengah pulau jawa di sebelah utara. Nama Muria sama dengan nama gunung di palestina yang dalam bahasa Ibrani berarti pilihan Allah.

Benar tidaknya keberadaan Lemuria dan Atlantis memang diperlukan penelitian yang lebih mendalam lagi, mengingat sejarahnya yang hidup ribuan tahun sebelum masehi sehingga sulit untuk mengumpulkan bukti dan kebenaran. Namun, kita bisa belajar dari bangsa Lemuria yang telah memiliki peradaban tinggi serta menjunjung tinggi nilai dan norma. Wallahu'alam.

Wednesday, February 3, 2016

Menerka Cagar Budaya Candi Asu, Antara Nama dan Cerita

Tak perlu diragukan lagi, Kabupaten Magelang memang menyimpan banyak sekali peninggalan Candi. Bahkan Candi Borobudur pernah menjadi 7 keajaiban dunia yang sangat terkenal. Selain Borobudur, percaya tidak percaya di lereng gunung Merapi yang dingin, tepatnya di dukuh Candi Pos desa Sengi kecamatan Dukun kabupaten Magelang terdapat sebuah candi yang unik. Dari namanya saja anda pasti menduga candi tersebut bohong alias hoak. Akan tetapi, candi tersebut benar-benar ada dan telah dilindungi Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2010 sebagai cagar budaya. Candi tersebut bernama Candi Asu, nama lainnya adalah Candi Sengi.

Candi Asu

Relief Candi Asu

Nama Asu sendiri dalam bahasa jawa berarti anjing. Anjing memiliki perangai yang buruk, bahkan di jawa sendiri anjing atau asu adalah sebuah kata untuk mengumpat orang lain. Namun ada dua versi mengapa candi ini bernama candi Asu. Pertama adalah ngaso atau aso yang dalam bahasa jawa berarti beristirahat, menurut cerita jaman dulu ada seorang prabu yang beristirahat di tempat ini. Sedangkan versi kedua terkait mitos masyarakat setempat yang menyebutkan bahwa terdapat sebuah arca yang memiliki bentuk seperti asu atau anjing. Masih menurut cerita, arca tersebut adalah Dewindani, sosok perempuan yang memiliki sifat suka selingkuh meskipun sudah punya suami sehingga diibaratkan memiliki perangai seperti anjing.

Bagian Dalam Candi Asu

Kepercayaan setempat yang masih dijaga hingga kini bahwa candi tersebut ada yang menjaga. Jika berkunjung ke sana disarankan agar tidak membawa balsem maupun minyak gosok karena bisa berakibat hilang sendiri secara misterius.

Candi Asu tidak sendirian di tempat ini, ada dua candi lagi di sekitarnya yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki melewati areal pertanian penduduk setempat dan tanah yang basah. Dua candi tersebut adalah candi Pendem dan candi Lumbung. Dinamakan candi Pendem karena candi tersebut dulunya terpendam di dalam tanah, hingga kini pun candi tersebut menjorok ke dalam tanah dengan genangan air yang mengelilinginya.

Candi Pendem
Papan Penunjuk Candi Pendem
Jalan Setapak Menuju Candi Pendem

Untuk mencapai candi Asu dan candi Pendem ini, anda akan disuguhi pemandangan desa yang sangat indah. Anda harus berjalan kaki melewati jalan setapak di antara lahan pertanian. Berikut adalah peta menuju lokasi candi asu  :


Friday, January 29, 2016

Mengintip Gereja Blenduk Di Tanah Little Netherland

Semarang menyimpan begitu banyak peninggalan sejarah dan telah ditetapkan menjadi cagar budaya. Salah satunya adalah peninggalan sebuah bangunan tua yang terletak di kota lama. Bangunan tersebut menjadi landmark kota semarang yang terkenal dengan sebutan Gereja Blenduk. Nama sebenarnya adalah gereja GPIB Immanuel, namun masyarakat lebih mengenal bangunan tersebut dengan nama gereja blenduk karena bentuk kubahnya yang mblenduk. Jika dilihat sekilas, gereja tersebut mirip dengan bangunan masjid karena adanya kubah di bagian atas.

Gereja Blenduk Semarang

Gereja blenduk merupakan gereja tertua di Jawa Tengah yang dibangun pada tahun 1753 oleh masyarakat Belanda. Tak hanya membangun gereja, mereka juga membangun pemukiman dan pusat pemerintahan di wilayah yang kini dikenal dengan sebutan kota lama. Oleh karena itu, kota lama sering disebut dengan little netherland atau belanda kecil karena hampir semua bangunan di wilayah kota lama yang berarsitektur belanda. Kini masih dapat kita saksikan bangunan bangunan di kota lama yang masih berdiri kokoh.

Gereja yang beralamat di jalan Letjend Suprapto No.32 Tanjungmas, Semarang Utara ini memiliki bentuk bangunan segi delapan yang beraturan atau Oktagonal, jika dilihat dari udara, bentuk bangunan gereja ini membentuk salip, simbol umat kristiani. Di samping gereja, terdapat sebuah taman hijau yang biasa ditongkrongin anak-anak muda untuk berfoto maupun bersantai. Meskipun saya sering melewati gereja blenduk, tapi saya tak dapat melihat langsung bangunan tersebut dari dalam karena ada aturan dan ijin yang harus dipenuhi sehingga saya hanya bisa mengintip dari depan. Jika anda ingin berwisata ke gereja blenduk, anda bisa melihat peta di bawah ini :


Thursday, January 28, 2016

Rumah Adat Kudus, Istana Kota Kretek

Kabupaten Kudus terkenal dengan sebutan kota kretek karena banyaknya pabrik rokok yang berdiri. Kudus memiliki istana yang sangat indah dan megah, istana tersebut bernama rumah adat Kudus. Rumah adat Kudus pada umumnya memiliki persamaan dengan rumah tradisional di Jawa, namun memiliki keunikan tersendiri. Diantaranya terletak pada keindahan aristekturnya dimana gaya seni ukirnya dipengaruhi oleh empat kebudayaan yang berbeda yakni Hindu, Islam (Persia), Eropa dan China. Selain itu terdapat keunikan lainnya yakni rumah adat Kudus yang selalu menghadap ke selatan, hal ini menyesuaikan dengan arah matahari yang terbit dari timur.

Dalam perkembangannya, rumah adat Kudus banyak berdiri di daerah Kudus Kulon dimana penduduknya rata-rata memiliki tingkat kehidupan ekonomi yang lebih maju dibandingkan daerah lainnya. Akan tetapi anda tak perlu ke daerah Kudus Kulon untuk bisa melihatnya, anda bisa melihat rumah adat Kudus yang masih berdiri kokoh di kompleks Museum Kretek Kudus, tepatnya di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah.

Rumah Adat Kudus

Rumah Adat Kudus berbentuk Joglo Pencu dengan bagian atas/atap terbuat dari genteng, dan di atas genteng terdapat gendeng yang biasanya bermotif tumbuhan sebagai ciri kebudayaan Islam. Landasan fisik rumah adat Kudus terdiri dari lima susunan trap, yakni tiga bancik dan dua jogan. Tiga bancik tersebut adalah bancik kapisan, kapindo, dan katelu (trap pertama, kedua dan ketiga), sedangkan dua jogan adalah jogan jogosatru dan lebet (lantai ruang depan dan ruang dalam). Maksud dari kelima landasan tersebut agar penghuninya selalu mengingat dan menjalankan lima rukun Islam.

Belakangan ini keberadaan rumah adat Kudus semakin berkurang jumlahnya dan terancam punah, perkembangan globalisasi dan modernisasi yang kian pesat, perhatian masyarakat dan pemerintah yang minim menjadikan keberadaan rumah adat Kudus tersingkirkan oleh bangunan-bangunan modern seperti sekarang. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda turut serta menjaga warisan kebudayaan.

Wednesday, January 13, 2016

Temuan Arca di Rejenu, Menguak Misteri Kerajaan Muria Dalam Kerangka Sejarah Kota Kudus

Belakangan ini, warga desa Japan kecamatan Dawe kabupaten Kudus dikejutkan dengan temuan arca yang terpendam setelah salah seorang warga tak sengaja menemukan arca tersebut.

Arca tersebut ditemukan di sekitar air tiga rasa rejenu, yang juga terdapat makam syeh hazan sadzali. Rejenu berada di sebelah utara makam sunan muria, jaraknya kira kira 6 km, bisa ditempuh dengan jalan kaki maupun sepeda motor dengan jalan yang menanjak.

Hal ini merupakan penemuan besar yang tidak disangka sangka. Hari ini seluruh perangkat dan warga bergotong royong menemukan arca lainnya yang masih terpendam. Kuat dugaan bahwa arca tersebut adalah peninggalan masyarakat hindu budha sebelum datangnya islam di daerah ini. Kalau ditelisik ke belakang, memang kawasan rejenu ini memiliki banyak misteri. Salah satunya adalah pertapaan yang tidak diketahui milik siapa, terletak di atas air tiga rasa rejenu. Pertapaan ini bisa ditemukan saat perjalanan mendaki argo piloso, bagian dari gunung muria.

Dengan ditemukannya arca ini, tidak menutup kemungkinan ditemukannya benda benda peninggalan hindu budha yang lain. Tentang keberadaannya yang terpendam di dalam tanah bisa jadi  akibat aktivitas vulkanik gunung muria pada jaman dahulu saat gunung muria masih aktif.

Belum ada penelitian secara ilmiah yang membuktikan tentang kawasan rejenu ini. Tapi bila dikaitkan dengan sejarah di daerah kudus sendiri jauh sebelum kedatangan islam memang penduduk sudah menganut agama hindu budha. Baru setelah datangnya islam, budaya dan adat istiadat masyarakat masih terpelihara sampai sekarang dalam hal akulturasi yang tercermin dari bentuk menara kudus yang sangat terkenal dan juga satu pantangan masyarakat kudus yang tidak menyembelih sapi sebagai penghormatan bagi agama hindu.

Diduga sebelum kudus berkembang setelah datangnya islam, masyarakat tajug (sebutan kota kudus sebelum datangnya islam) memiliki pemerintahan yang belum bisa dibuktikan sampai sekarang. Yang terkenal adalah kerajaan demak, dan bisa dianalisis juga terdapat kerajaan murya (baca muria).

Kerajaan muria terletak di wilayah utara jawa, termasuk wilayah jepara dan pati, karena dulu ada sebuah selat yang memisahkan, disebut selat muria, namun lambat laun selat ini menjadi dataran yang seperti sekarang. Jadi kerajaan muria terletak di pulau muria dan terpisah dari pulau jawa, dengan selat muria sebagai penghubung.

Jika dikaitkan dengan penemuan arca di kawasan rejenu, bisa disimpulkan sementara bahwa arca tersebut adalah peninggalan dari kerajaan hindu budha di pulau muria dan kerajaan muria. Apakah arca tersebut bagian dari struktur yang lebih besar? apakah ada candi atau kota yang hilang? Semuanya masih misteri, Namun untuk membuktikannya diperlukan penelitian yang lebih mendalam lagi.
Wallahu 'alam bisshowab
Gapura Makam Syeh Sadzali Rejenu