![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUi_PH7tlabw0IyhNweRlRALRqNZZ2mXJWALb1gEWtBf9g4JBF-T1PIS1FMoVn58KNhuF0_3fCnurXQNmJAy4HqBL0IVSF1rMiOEHgHmUX8KrI0uKnOWZ0tAhEg7Pu6u81vYiTZL9v0U8/s320/DSC02152.jpg) |
sahabat |
Sahabat, Bukan
Sahabat! Satu kata
yang menjadi dasar hubungan baik antara
seseorang dengan orang lain. Bahkan, orangtua dan keluarga merupakan sahabat
pertama yang menjadikan kita merasa berguna untuk keluarga, orang lain, bahkan negara.
Lantas, seberapa pentingkah peran
sahabat dalam kehidupan? Jelas! Sangat penting! Jika tidak memiliki sahabat,
seolah tidak bisa mengekspresikan cinta dan kasih sayang.
Pada zaman Nabi dan Rasul, terkisah para sahabat begitu setia
mendampingi Nabi untuk menjalankan dakwah. Para kaum kafir yang terus-menerus
menghalangi dakwah beliau, namun para sahabat menjaga dan tetap melindungi
dengan segenap darah yang mengalir. Sedangkan, dalam Al-Qur’an dan Hadist pun
sudah dijelaskan mengenai menjalin persahabatan antar umat. Misal, dalam surat Al-hujurat
ayat 10 dan surat Ali Imran ayat 103, di dalam tafsiran kedua ayat
tersebut telah menjelaskan tentang bagaimana terciptanya Ukhuwwah (persaudaraan)
dengan baik.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu demikianlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah. Supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs. Al-Hujurat ayat 10).
Namun, ketika menjalin persahabatan dengan berbeda keyakinan, tentu
saja diperbolehkan, asalkan tidak mengganggu syari’at dan aqidah.
Akan tetapi, makna sahabat itu sendiri, merupakan kajian keikhlasan dalam suka
maupun duka. Sahabat tidak akan meninggalkan sahabatnya dalam keadaan duka
maupun luka. Justru menghiburnya dengan senyum, tawa, memberikan motivasi, nasihat
ke arah lebih baik. Memiliki seorang sahabat ketika masih remaja, tentunya akan
menciptakan rasa yang berwarna seperti pelangi.
Sebaagai contoh, ketika seorang sahabat mendapatkan sebuah musibah,
sebagai sahabat yang baik, akan menciptakan suasana riang untuk mengurangi
dukanya. Dengan selalu mendoakan dan mendukung segala hal yang bersifat positif
dan bermanfaat, seorang sahabat akan ikut serta bahagia lahir batin. Tidak ada
rasa husnudzon yang bersifat merugikan sehabatnya sendiri.
Makna sahabat yang baik untuk sahabat yang baik pula, tidak
mengharapkan imbalan berupa materi ataupun balas jasa. Hanya membalasnya dengan
ketulusan, kesabaran, kehangaatan, doa yang baik untuk menuju jalan Surga, dan
senyum yang ikhlas. Namun, jika dalam persahabatan mengalami konflik, merupakan
hal yang wajar saja. Tetapi, jika pertengkaran itu menuju jalan kerenggangan,
maka siapakah yang salah? Apakah sahabat? Atau, justru diri sendiri? Perlunya instropeksi
diri juga faktor penting agar keutuhan persahabatan tetap terjaga.
Hanya saja, bagaimana pun berusaha untuk kekeuh, menjadikan dan
mempertahankan seseorang sebagai sahabat, jika Yang Maha Mengatur hidup tidak
berkenan, maka dia bukanlah sahabat terbaik. Sebenarnya, jika kita mencontoh
kisah persahabatan yang dialami para sahabat Nabi, tentunya makna yang sulit dicari, justru
mudah untuk diresapi serta dipahami dengan keikhlasan.
Makna sahabat bagi remaja tentunya berbeda dengan makna sahabat
bagi orangtua. Sedangkan, seorang remaja yang rentan akan arus budaya westernisasi,
akan lebih baiknya jika memiliki seorang sahabat yang berakhlak karimah. Sebagai
remaja yang terdidik dan smart secara lahiriyah dan batiniyah,
menjalin hubungan keakraban dengan makhluk-Nya, menjadi salah satu ciri manusia
yang mengedepankan nilai sosial daripada egoisme.
Dalam istilah yang ada, copy paste dari kisah kasih
persahabatan pada zaman Nabi. Copy yang dimaksudkan, meniru bagaimana
ketulusan salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Bakar As-Siddiq,
hingga jenazah beliau dimakamkan bersama makam Nabi Muhammad SAW di Masjid
Nabawi. Paste dalam artian, menerapkan ajaran Rasulullah SAW dalam
keseharian, terutama saat menjalin persahabatan yang menurut kita layak menjadi
sahabat.
Barangkali ketika menjalin persahabatan yang mengakibatkan
perusakan moral yang terjadi pada remaja saat ini, sama sekali bukan makna
sahabat yang harus dipertahankan. Namun, ketika anak mulai beranjak remaja,
ketika anak mengerti tentang menjalin pertemanan, yang perlu ditekankan ialah
penanaman akhlak yang di dasari oleh kejujuran. Di sini, berharap jika peran
orang tua, keluarga, pendidikan, instasi serta masyarakat luas bukan hanya
berperan pasif, namun secara objektif. Untuk membentuk generasi persahabatan
yang menjadikan bangsa menjadi berkah.
Di samping itu, agar anak maupun remaja, ketika memiliki seorang
sahabat, tidak akan menjerumuskan sahabatnya ke dalam jurang neraka. Sangat
miris serta ironis ketika mendengar dan melihat berita teve, koran,
majalah, maupun media sosial yang memuat kisah kasih persahabatan yang berujung
maut sangat tragis. Sangat di sayangkan, jika persahabatan yang baik, tidak
dilandasi dengan rasa hormat dan kasih sayang. Satu hal yang pasti untuk kita,
perbaikan moral diri serta meningkatkan empati, simpati, serta
kejujuran, mungkin akan membawa pada persahabatan yang terbaik dan abadi. Tidak
ada makna sahabat jika tidak bisa menjadi seorang sahabat yang baik untuk diri dan
keluarga.
BIODATA SINGKAT:
NAMA : JARWATI ALUMNI SMA PGRI 1 KUDUS 2013
MAHASISWI STAIN KUDUS PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM SEMESTER V
INGIN KENAL LEBIH LANJUT? HUBUNGI AJA VIA EMAIL:
ARHAZAHWA@GMAIL.COM