BREAKING NEWS

Thursday, February 25, 2016

Perang Foto Media Sosial dan Perburuan Lokasi Baru dalam Aspek Kultural

"Dulu, bangun tidur ku terus mandi dan membersihkan kamar tidur. Kini, bangun tidur ku terus online dan update media sosial."

Kalimat di atas tentu benar adanya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, dan seterusnya selalu diisi dengan online dan online. Jika dulu handphone hanya bisa buat telfon dan sms saja, kini handphone bisa lakuin hal apa saja, mulai dari foto, dengerin musik, lihat video, dan ribuan aplikasi yang pastinya memanjakan generasi sekarang.


Kemudahan mengakses internet dewasa ini berdampak pada pola berberbilang udaya dan pergeseran kebiasaan masyarakat. Tua, muda, bahkan anak kecil sekalipun sudah kenal dengan yang namanya internet. Silaturahim yang dulu terjalin secara virtual, kini berubah menjadi komunikasi maya. Budaya Indonesia asli seperti jagongan (saling ngobrol langsung) seolah luntur dan musnah digantikan komunikasi secara tidak langsung melalui media sosial. Hal ini didukung pula oleh kemajuan dan perkembangan teknologi, di mana sekarang ini tersedia ratusan aplikasi media sosial yang memudahkan pengguna untuk berkirim pesan, foto maupun video.

Dengan adanya aplikasi media sosial seperti facebook, bbm, twitter, instagram dan sejenisnya membuat setiap orang saling berlomba mengupdate peristiwa yang terjadi pada dirinya. Tak satu dua orang saja, bahkan jutaan orang selalu update setiap saat. Salah satunya adalah foto, handphone android maupun windows phone sekarang ini memang terbilang canggih. Tidak perlu lagi memakai kamera saku apalagi kamera dengan film yang harus diafdruk, handphone saat ini sudah dilengkapi dengan piranti kamera yang terbilang sudah memiliki pixel tinggi yang didukung dengan ribuan aplikasi pengolah foto otomatis.

Pengaruh dari kecanggihan kamera handphone menjadikan setiap orang selalu berfoto setiap hari. Bukan foto yang biasa saja, paling sering dan populer sekarang ini adalah foto di tempat-tempat yang sedang hitz. Perburuan lokasi foto pun dilakukan semua orang demi mendapatkan kepuasan dan keinginan menunjukkan eksistensi mereka di media sosial. Semua tempat bisa menjadi objek foto, bahkan tempat biasa sekalipun dengan sentuhan aplikasi menjadikan tempat tersebut kelihatan eksotik. Mulai dari sawah, gedung, gunung, sungai, pantai, kamar, rumah, mobil, jalan, pohon, dan masih banyak sekali tempat untuk berfoto lainnya.

Saya hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat fenomena ini, mau makan foto, mau tidur foto, mau mandi foto, di tempat kerja foto, di sekolah foto, mau apapun difoto. Di mana budaya kita yang dulu? budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kebersamaan, etos kerja yang tinggi, semangat untuk melawan penjajah, dan semangat gotong royong? Jika anda perhatikan dengan seksama, banyak sekali dampak negatif dari fenomena media sosial, terutama kalangan remaja. Remaja yang selalu update media sosial cenderung tidak bisa konsentrasi terhadap pelajaran. Umpama sehari saja tidak ada handphone serasa dunia kiamat, serasa mereka sudah mati.

Marilah kita memanfaatkan media sosial dengan bijak dan seperlunya saja, tidak perlu berlebihan demi eksistensi semata. Budaya kita tidak mengajarkan demikian, kita tidak boleh terlena dengan kemudahan mengakses internet. Janganlah menjadi budak handphone karena kita yang menciptakan handphone. Jangan sampai media sosial membuat anda lupa untuk beribadah kepada Tuhan. Ingat, di akhirat tidak ada handphone, ning akherat ora ono montor lewat, opo meneh sego berkat :D

Post a Comment