Tangan ini masih sanggup meraba dalam sukar
Meski mulut tak lagi mampu berkelakar
Namun jiwa dan semangat hidup terus berkobar
Dalam sebuah rumah sederhana
Aku tinggal sebatang kara
Anak cucuku telah pergi entah kemana
Kala usiaku yang tak lagi muda
Iya, rumahku sangat sederhana
hidupku selalu bersahaja
Tak ada tembok yang dibangun dari bata
Tak ada pula genteng yang bagus tertata
Hanya tanah yang menjadi lantai rumahku
Hanya ada satu kamar dalam ruanganku
Setiap hari hanya termenung dan terpaku
Meratapi sisa hidup yang tak menentu
Hidupku pilu
Kisahku sendu
Di mana anakku?
Di mana cucuku?
Di mana keluargaku?
Apakah mereka tak rindu?
Saat senja sore hari
Aku selalu menanti
Berharap mereka akan kembali
Meski dengan harapan yang tak pasti
Kadang aku menyerah
Kadang aku merasa lelah
Namun aku tak boleh pasrah
Tak boleh diam dan gelisah
Wahai Tuhanku...
Dengarlah pintaku
Terimalah sujudku
Ampunilah segala dosaku
Ku mohon buatlah aku bahagia
Meski hanya sebentar saja
kembalikanlah senyuman dan tawaku
Agar ku dapat ceria seperti dahulu
Jika hidupku tak lama lagi
Dan harapanku tak terpenuhi
Maka ijinkanlah aku mati
Dalam hati dan jiwa yang suci...
(oleh : iiz witasfha, 20/02)
Post a Comment