BREAKING NEWS

Monday, February 8, 2016

Kukayuh Sepeda Tua Demi Menghidupi Keluarga

Nenek Penjual Sayur

Mentari masih menyisakan panasnya dalam balutan embun pagi yang menitik jatuh perlahan di setiap lembaran daun. Sinar sang surya lambat laun naik dan membuat segala isi dunia menjadi terang. Jalanan telah dipenuhi oleh hiruk pikuk aktivitas manusia dari berbagai ragam profesi, seolah merayapi aspal menggerogoti hamparan panjang kehidupan berliku.

Hari libur tak lantas menjadikan pekerjaan ikut libur. Seperti kisah seorang nenek tukang sayur, ia tak pernah mengenal kata libur, prinsip yang jadi pedomannya selalu ia pegang erat-erat. Setiap hari ia dan keluarganya membutuhkan sesuap nasi. Tidak ada kata libur untuk makan demi keberlangsungan hidup. Semua ia kerjakan dengan ikhlas, dengan hati dan dengan penuh harapan. Harapan agar dagangannya laku dan memperoleh sedikit penghasilan.

Hanya sebuah sepeda tua yang menjadi teman menggapai harapannya. Sepeda usang yang selalu menemani hari-harinya menyusuri jalanan, sepeda yang tak pernah mengeluh dengan beratnya bawaan dalam keranjang-keranjang di belakang maupun di depan. Caping gunung lah yang juga melindungi tubuh dari panas teriknya matahari maupun dinginnya tetesan air hujan. Sepasang sandal japit mengiri setiap langkah dan menjadi saksi kemanapun nenek itu pergi.

Satu tempat tak cukup baginya menjajakan dagangan. Gang demi gang, jalan demi jalan, rumah demi rumah, berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya telah ia lalui. Debu, panas, hujan tak menjadi halangan dan rintangannya untuk tetap mengayuh. Tak sedikit hujatan, cacian, bahkan hinaan dari sebagian manusia yang tidak menyukainya. Tak pula semua orang membayarnya lunas, hutang kadang membuat penghasilannya menurun dan tidak bisa mengembalikan modal.

Pernah sempat ia mengeluh dan hendak tak meneruskan pekerjaannya tersebut, namun ia tetap tegar, pasrah dan semangat. Ia sadar tak ada pilihan lain yang bisa ia perbuat. Hanya ini yang mampu membuatnya hidupnya terus berlanjut. Sesampainya di rumah, keluarganya telah menunggu kedatangannya, menanti hasil yang ia kumpulkan hari ini. Berharap asap di dapur masih mengepul dan adanya sesuap nasi yang dihidangkan. Meski usia tak lagi muda dengan guratan-guratan di wajahnya, namun hanya ia lah tumpuan hidup keluarga, harapan untuk tetap melanjutkan hidup.

*Based True Story

1 comment :

  1. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.

    ReplyDelete