BREAKING NEWS

Saturday, February 13, 2016

Mudun Lemah, Tradisi Jawa Yang tetap Lestari

Mudun Lemah berasal dari bahasa Jawa, mudun yang berarti turun dan lemah yang berarti tanah. Jadi dapat diartikan mudun lemah adalah turun tanah. Tradisi mudun lemah diperuntukkan bagi bayi yang baru menginjak tanah, biasanya dilakukan setelah bayi menginjak umur 1 tahun ke atas.

Mudun Lemah

Tradisi ini sudah turun temurun sejak jaman dulu. Menjadi sebuah pertanda simbolis bahwa bayi tersebut sudah mulai diperbolehkan menginjakkan kaki di tanah. Peralatan atau uborampe yang digunakan untuk pelaksanaan acara mudun lemah antara lain adalah sebuah kurungan ayam, campuran beras kuning dengan duit receh atau koin dan bisa ditambahkan juga gemblong (ketan) yang akan digunakan bayi untuk duduk saat dikurung.

Acara mudun lemah menjadi lebih semarak karena biasanya yang diundang adalah anak-anak kecil yang ingin menyaksikan sekaligus rebutan duit receh saat ditaburkan ke kurungan bayi. Ditambah juga dengan bingkisan jajan yang membuat anak-anak merasa senang.

Urutan upacara mudun lemah bervariasi, tergantung kemampuan masing-masing pihak yang mengadakan. Secara sederhana urutannya upacara dimulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci al qur'an, mendudukkan bayi di atas gemblong, menutup bayi dengan kurungan, menaburkan beras kuning yang dicampur dengan duit receh dan yang terakhir adalah doa untuk sang bayi agar kelak menjadi anak yang soleh maupun solehah.

Meskipun jaman sudah modern, namun tradisi mudun lemah ini tetap lestari di masyarakat Jawa, terutama di pedesaan yang masih memegang  adat Jawa, di kota pun masih kita jumpai masyarakat yang melaksanakan tradisi ini. Sudah menjadi tugas kita untuk melestarikan adat dan tradisi Jawa. Kalau bukan kita siapa lagi?

Post a Comment