BREAKING NEWS

Saturday, January 16, 2016

Karena Tidak Kaya Aku Harus Punya Cita - Cita


Siang ini, tanpa sengaja saya melihat seorang bapak yang sudah cukup tua duduk di atas motornya menunggu anak putrinya keluar dari halaman sebuah sekolah menengah atas negeri di Kudus. Dari penampilannya, jelas sekali menandakan bahwa beliau dari keluarga yang biasa biasa saja. Dengan mengenakan kaos warna kuning yang agak lusuh dan tanpa alas kaki, beliau duduk di atas motor honda 75 yang sudah usang dan kotor. Untuk menghindari rasa panas dan menutupi seluruh rambutnya yang sudah memutih, beliau memakai sebuah topi berwarna hijau. Di bawah motornya dia sengaja meletakkan sebuah galah panjang dua buah yang diikatkan dengan knalpot motor, menandakan bahwa beliau baru saja selesai dari pekerjaannya atau mungkin sedang beristirahat dan menunggu anak putrinya pulang.

Beberapa menit kemudian anak putrinya yang berjilbab keluar dari halaman sekolah dan langsung duduk di jok belakang motor bapak itu. Beberapa kali bapak itu menghidupkan motornya dengan starter kaki, setelah motor hidup mereka pun langsung melaju mengarungi panasnya terik matahari tanpa menggunakan helm sama sekali. Karena penasaran dengan mereka, saya pun mengikuti mereka dari belakang tanpa mereka mengetahui. Saya juga sempat mengabadikan gambar mereka saat tengah di jalan.

Foto : Adhi Syahreza


Mereka melaju dengan kecepatan yang begitu pelan, jelas sekali tampak tidak nyaman mengendarainya, selain usia motor yang tua dan adanya galah yang diikat di bawah motor membuat sang anak duduknya terbatas sehingga roknya terangkat. Dengan pelan pelan juga saya mengikuti mereka, sampai akhirnya merekapun berhenti di sebuah rumah. Benar sekali ternyata dugaan saya, mereka berasal dari keluarga yang biasa. Rumah mereka kecil dan dari temboknya terlihat catnya yang sudah pudar warnanya serta berlubang di sana sini. Lantai rumahnya pun masih berupa tanah, tidak ada keramik ataupun plesteran semen yang membungkus lantai. Di depan rumah terdapat sebuah kandang kambing yang tidak begitu besar dengan beberapa kambing di dalamnya. Saya pun melanjutkan perjalanan saya pulang ke rumah dengan rasa yang masih penasaran.

Pelajaran yang bisa saya tangkap adalah dengan keterbatasan materi, tak menyurutkan niat siswi tersebut untuk tetap semangat berangkat sekolah. Dia tidak pernah merasa malu dengan teman-temannya. Jika dia malu, mungkin saja dia menyuruh bapaknya untuk menunggunya jauh dari halaman sekolah, justru sebaliknya bapaknya malah menunggu tepat di depan sekolah dengan kondisi yang saya sebutkan tadi.

Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kebiasaan anak jaman sekarang. Justru yang memiliki banyak uang, yang berangkat ke sekolah naik motor bagus dan semuanya serba tercukupi malah tidak memiliki semangat sama sekali untuk menuntut ilmu. Sungguh ironi yang sangat memprihatinkan. Saya yakin mereka sebenarnya tidak salah, hanya saja kita semua perlu untuk membangkitkan semangat, memberi motivasi dan juga perhatian yang lebih untuk anak-anak tersebut agar bisa menjadi generasi penerus yang lebih baik lagi. Semoga kita semua bisa belajar dari kehidupan orang orang yang berjuang dalam hidupnya, orang orang yang tidak pernah putus asa dan selalu semangat dalam menggapai cita cita. Aminnn.

Post a Comment