BREAKING NEWS

Thursday, January 7, 2016

Mengenang Ayah

Ayah...
Aku rindu padamu...
Terima kasih atas perjuanganmu..
Semoga Allah menempatkan ayah di tempat yang paling indah...

Jika mengingat ayah, aku selalu sedih, aku selalu ingin bertemu ayah. Ini adalah kisah perjuangan ayah.
Ayah adalah orang yang paling istimewa dalam hidupku, beliau pernah bekerja apa saja demi menghidupi keluarga. Pernah jadi tukang batu, buruh bangunan, karyawan pabrik tekstil, penjual bensin, bahkan pernah juga jualan sate kojeg keliling, semua itu dilakukan demi kelangsungan hidup keluarga, demi kebahagiaan anak istrinya.

Kadang ayah juga kerja jadi kuli bangunan di jakarta, pulangnya sebulan sekali, bahkan kadang berbulan bulan tidak pulanh, tetapi uang untuk keluarga dititipkan ke temen kerjanya yang pulang. Saat pulang, ayah selalu membelikan mie ayam. Bagi keluarga kami, dahulu mie ayam adalah makanan mewah. Biasanya kami makan nasi aking pun sudah biasa, tanpa lauk juga sudah biasa. Kehidupan kami memprihatinkan.

Ayah adalah sosok sederhana, tak pernah mengeluh dan penuh tanggungjawab kepada keluarga. Itulah kenapa ayahku tubuhnya kurus. Ayah juga sudah tidak punya saudara, kakek dan nenek sudah meninggal semua, saudara ayah yang lain bapak entah dimana keberadaannya, saudara ayah yang lain ibu juga memiliki kelainan fisik dan mental, tidak bisa bicara normal, namun alhamdulillah sampai kini adik tiri ayah tersebut masih sehat meski hidup pas pasan.

Ayah memiliki 8 orang anak, anak yang pertama sudah meninggal saat masih bayi, kini tinggal 7 anak dan aku adalah anak ke 5. Dari semua anaknya, akulah anak yang selalu dibanggakan ayah, anak yang selalu dijagokan ayah, dan anak yang selalu menemani ayah saat diajak pergi. Hanya akulah satu satunya anak yang diberi nama oleh ayah. Lainnya diberi nama oleh ibuku dan kakek. Ayah punya cita cita agar aku sukses, agar aku bisa jadi tentara, namun tak bisa terwujud.

Pernah sekali aku dan ayah pergi ke rumah mbakku di demaan, ayah ingin sekali ketemu naufal, cucu pertama ayah. Saat itu kami mengendarai motor 75, aku masih ingat saat itu motor kami kehabisan bensin di depan SMP 4 Kudus, dan ayah mendorongnya sampai demaan karena tak bawa uang buat beli bensin. Padahal jaraknya jauh, tapi ayah tetap semangat mendorong motornya hanya karena ingin bertemu cucunya.

Sungguh ayah tak pernah mengeluh meskipun sakit, bahkan beberapa hari sebelum meninggal, ayah tak menunjukkan bahwa dirinya sedang sakit. Pada hari jum'at tanggal 23 Februari 2007, ayah mengajakku berobat alternatif ke desa jebol, salah satu desa di Jepara, sebelah utara mayong. Kami mengendarai motor 75, karena hanya itulah kendaraan yang kami punya. Ayah ingin agar sakitnya sembuh, selain berobat untuk dirinya, ayah juga mendoakan aku agar aku jadi tentara.

Sungguh di luar dugaan, sungguh takdir Allah tak bisa ditolak. 2 hari setelah berobat ke jebol, Allah memanggil ayah. Ayah menutup mata untuk selama lamanya. Tepatnya hari ahad tanggal 25 Februari 2007. Saat itu aku sedang menjemput naufal, tetapi saat pulang aku mendapati rumahku sudah dipenuhi dengan orang orang.

Malam sebelum ayah meninggal, ayah merasa sakit dan meminta dibelikan soda sama susu, tapi ibu tidak menuruti karena soda susu tidak baik untuk kesehatan. Meski sakit, ayah tidak mau dibawa ke rumah sakit, ayah hanya memiliki sedikit uang dan beliau bilang pada ibu agar uang tersebut diberikan padaku, ayah bilang kasihan aku karena butuh uang banyak untuk melamar kerja. Sungguh ayah rela berkorban demi anaknya meski dirinya membutuhkan. Dan aku sebagai anak sangat menyesal karena saat itu aku mempunyai tabungan 50 ribu, andai aku gunakan untuk berobat ayah pasti cukup, tetapi aku tak melakukannya, aku tak tahu jika ayah pergi secepat itu.

Ahad fajar sebelum subuh, ayah membangunkanku untuk dedek geni (menyalakan api di dapur). Tidak seperti biasanya ayah bangunkan aki untuk dedek. Akupun melakukan perintah ayah. Seperti hari hari biasa tak tampak ada yang aneh pada ayah, sampai pada akhirnya ahad pagi ayah sudah tiada.
Alhamdulillah ayah adalah orang yang rajin sholat dan zikir malam, meskipun sedih, tapi aku bahagia karena ayah meninggal dalam keadaan tersenyum, jelas sekali terlihat senyumnya saat aku ikut memandikan jenazah ayah, semoga ayah meninggal dalam khusnul khotimah.

Setelah 2 minggu kepergian ayah, alhamdulillah aku diterima kerja di SMA PGRI 1 Kudus. Sungguh nikmat Allah yang Maha Pengasih. Ayah pernah bilang jika rejekinya akan digantikan olehku.
Ayah belum sempat melihatku sukses, ayah belum sempat melihatku menikah. Ayah, alhamdulillah sekarang anakmu ini sudah kerja, alhamdulillah sudah menikah, maafkan aku ayah belum bisa membalas semua kebaikan ayah. Aku hanya bisa mendoakan ayah di setiap sholatku. Terima kasih ayah untuk semua perjuanganmu. I miss u ayah...
Kado untuk ayah :
Adhi dan Iiz

Post a Comment